Rabu, 24 Juli 2019

Pilkades : Dongkrak Kehadiran Pemilih dengan Ragam Kreativitas

Posted by Wizteguh Nugroos on Juli 24, 2019 with No comments

Cerita Asal - Selain efek sosial, Pilkades juga berimbas pada pergerakan ekonomi warga meski dalam skala kecil. Omset para pedagang yang ada di lokasi pemungutan suara naik hingga empat kali lipat, begitu hasil wawancara saya dengan salah seorang pedagang Es Buah di pojok lapangan. 😂

Ke depan, demi menarik lebih banyak lagi pengunjung dan meningkatkan jumlah kehadiran pemilih, panitia dituntut lebih kreatif dalam mengemas acara. Tau sendiri kan? Pilkades sekarang banyak saingan, di Desa Gumelar ada Pilkades, eh.. di Samudra ternyata juga ada Pilkades. Usut punya usut ada total 9 desa di wilayah kita yang menggelar Pilkades. Cuma Cilangkap yang ngga ikutan latah bikin acara serupa. hehe...

Balik lagi soal kreativitas panitia demi mendongkrak kehadiran pengunjung. Guna meredam gejolak sosial dan memutar laju perokonomian, mungkin usulan saya berikut bisa dipakai untuk gelaran Pilkades periode yang akan datang. Mari kita nikmati :

1. Demi mengakomodir para pegiat mancing mania. Bisa dibikin kolam pemancingan di lokasi pemungutan suara, sehingga saat antre sebelum pencoblosan, mereka bisa menghilangkan penat dengan memancing ikan. Jenis ikan bisa beragam, mulai dari Gurame, Lele atau Mujair. Ikan Asin ngga boleh yah !.

2. Bagi para pehobi burung kicau, panitia bisa menyediakan Gantangan. Sementara menunggu hasil penghitungan suara, para pegiat burung ini adu keren burung kicau mereka. Pengunjung yang lain pun bisa menikmati kicauan burung yang merdu, semerdu suaramu ..say. 😋

3. Panitia juga bisa memberikan Doorprize bagi para pengunjung yang sudah menggunakan hak suaranya. Doorprize disediakan di setiap TPS dengan cara mengundi nomor surat undangan yang diberikan panitia KPPS. Bentuknya bisa Kulkas, Kipas Angin, atau minimal kuota internet 1 Gyga, biar yang dapat hadiah bisa langsung update status di Facebook. 😴

4. Bagi para pendukung calon yang mau berkelahi, panitia bisa menyediakan ring tinju dengan seluruh perangkat pertandingan mulai dari Wasit, Hakim dan pembawa papan ronde yang seksi kaya di tivi. Bagi pemenang diberikan Sabuk Juara dan surat rekomendasi untuk mengikuti pelatihan tinju di sasana resmi. Siapa tau dia memang berbakat jadi petinju, kan?🤛

Itu beberapa masukkan dari saya terkait kreativitas dan konsep acara Pilkades di masa datang, yang tentunya sangat berfaedah untuk kita semua. Jika tertarik bisa menghubungi saya untuk presentasi. Ingat, hubungi langsung tanpa perantara!!. 🙏.

 Semoga menginspirasi ...💕💕
(WizteguhNugroos)

Selasa, 02 Juli 2019

The Story of Pisang Punggel

Posted by Wizteguh Nugroos on Juli 02, 2019 with No comments


Cerita Asal - Rakinem memelukku erat sambil terus menangis, sementara di kanan kiriku berkerumun seluruh keluarga dan tetanggaku. Keras otakku berfikir untuk mengingat apa yang sedang berlaku saat ini ..............

Rakinem adalah wanita yang kukenal lebih dari setahun yang lalu. Di antara meriahnya pesta Pasar Malam di desaku seorang teman mengenalkanku pada Rakinem, gadis tetangga desa yang baru pulang dari merantau di negeri sebrang. 

Tak ada yang istimewa saat jumpa pertama, mungkin rasa malu dan tak percaya dirikulah penyebabnya, karena aku hanya pria biasa yang cuma mampu naik undar, sementara dia sudah dua kali naik Motor Mabur, pengalaman yang menurutku menakjubkan.

Waktu berlalu setelah pertemuan di Pasar Malam itu, tak diduga aku bertemu lagi dengan dia. Saat aku sedang membeli arit di Pasar Pahing, lamat-lamat kudengar seseorang memanggil namaku. Akupun membalikkan badan mencari darimana suara itu berasal. 

Ternyata Rakinem dengan senyum kecil telah berdiri di belakangku, aku tergagap dan grogi setengah mati. “heih ... lagi nggolet apa mas?,” dia bertanya sambil terus melepas senyumnya. “Eh ..emm.. kie lagi tuku arit nggo pranti ngarit,” jawabku sambil berusaha menguasai diri. 

Aku memandang lekat ke wajahnya, wajah putih dengan bedak tipis membalut rata, sementara rambutnya tersembunyi di balik jilbab merah muda.

Hari demi hari kami mulai menganyam benih-benih cinta. Tak ingat seperti apa aku mengungkapkan perasaan dulu, mungkin juga tidak pernah! Namun toh kami sepakat untuk disebut pacaran. Aku sering membantu orang tuanya untuk sekedar macul, ngarit, atau mewakili kerja bakti membuat saluran irigasi di sepanjang pinggiran sawah. Aku seolah sudah menjadi menantunya.

Dan dua hari yang lalu tepatnya malam Kamis manis, aku mengajak orang tuaku berkunjung ke rumah Rakinem. Tak lain dan tak bukan adalah dalam rangka meminangnya untuk dijadikan ibu dari anak- anaku kelak. 

Setelah berbasa basi khas perdesaan, obrolan pun mengarah ke soal pinangan. Semua berjalan lancar karena memang seluruh keluarga sudah saling mengenal dan setuju untuk kami naik ke pelaminan. Namun bincang-bincang seketika terhenti saat memasuki obrolan yang sangat krusial, hening merambat di ruang tamu berukuran tiga kali empat meter itu. Seekor cicak berbunyi menyela kekosongan udara!!

Layaknya disambar petir di kemarau panjang. Rakinem menangis dan berlari ke dalam senthong, sementara aku terhenyak dengan dada gemuruh, pun dengan punggung  yang seolah dikerubut semut rangrang. “Kue jenenge etungan pisang punggel, dadine ora kena dilakoni, nek dilakoni mengko akibate kue bisa mbahayani,” orang tua Rakinem menjelaskan.

Aku terduduk di pematang sawah, sementara tanganku berpegangan pada gagang cangkul. Rasanya tubuh ini sudah tak bertulang, lemas dan tak bertenaga. Adzan dzuhur yang berkumandang dari langgar di pojok desa tak kuhiraukan, aku terus bergelut dengan angan dan wajah ayu pujaan hatiku. 

Terpikir di otakku untuk membawa kabur saja  dari desa ini, berdua ketempat di mana bintang-bintang merestui hubungan kita. Ke tanah di mana tak ada larangan menikah karena hitungan weton, hitungan hari dan hitungan taik kebo!!

Seakan mendapat tenaga yang entah dari mana, akupun bangkit dan meneruskan pekerjaan demi menyambut musim tanam tahun ini.  Satu, dua, tiga aku mulai mencangkul sawah lagi, dengan semangat yang membara karena setelah ini aku pastikan untuk membawa kabur Rakinem-ku, dengan uang hasil nyelengi selama setahun aku bertekad untuk mengajaknya Kawin Lari

Pikiranku terus melayang …dan …crassshh …tiba-tiba mata cangkul membabat pergelangan kakiku, darah mengalir deras …mataku berkunang-kunang …dan aku tak ingat apa-apa lagi. (WizteguhNugroos)
''KESAMAAN NAMA DAN CERITA SAMA SEKALI TIDAK DISENGAJA''